Dalam menyusun Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (AIPT), perlu cara dan strategi yang baik. Hal tersebut dikemukakan oleh Prof. Eka Abnan Troena, Guru Besar dari Universitas Brawijaya yang juga mantan Rektor Unibraw saat diskusi bersama Team Force Borang AIPT STKIP Labuhan Batu, Rabu (16/01) di Ruang Seminar kampus STKIP Labuhan Batu.
Prof. Eka menerangkan stretegi awal dalam penyusunan borang AIPT adalah pengumpulan data berupa dokumen prestasi dosen, mahasiswa ataupun universitas yang kesemuanya harus direkap secara rapi, sehingga mudah untuk melihat prestasi yang telah diperoleh universitas. “Perjuangan yang panjang dan butuh pengorbanan besar dalam AIPT itu adalah pengumpulan data. Kita akan mengetahui betapa pentingnya dokumen saat penyusunan tersebut,”.
Sedangkan untuk mendapatkan data atau dokumen yang banyak, pihak universitas harus mendorong dosen dan mahasiswa untuk aktif dalam segala kegiatan positif. Karena peran dosen dan mahasiswa serta karyawan menjadi kunci untuk keberhasilan universitas. “STKIP Labuhan Batu bisa dikatakan dengan dana yang minimal, tapi dengan semangat dari pejabat sampai mahasiswa bisa mendapat akreditasi terbaik,” ujar Ketua STKIP Labuhan Batu, Rosmidah Hasibuan, S. Pd, M. Si.
Sebelum mengajukan AIPT, menurut setiap universitas harus sudah tahu skor yang akan diperoleh. Sedangkan untuk menentukan skor, dapat diperoleh dari simulasi AIPT oleh pihak eksternal dan internal kampus itu sendiri.
Senada dengan Prof. Eka, Ade P. Nasution, SE, M. Si selaku Koordinator Akademik di Yayasan ULB mengatakan, AIPT dapat memberikan perubahan manajemen dan kultur yang sangat baik bagi universitas. Karena AIPT mengajarkan untuk aktif dan lebih jeli dalam melihat kekurangan universitas. “Kalau kita sadar dengan kekurangan kita, maka kita bisa melakukan berbagai langkah untuk lebih baik lagi. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah komitmen bersama,”